Manajemen Stres Kerja
Pengertian Manajemen Stres Kerja
Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, ialah betajar
menanggulanginya secara adaptif serta efektif. Hampir sama berartinya untuk
mengenali apa yang tidak boleh dilakukan serta apa yang harus dicoba. Sebagian
para penderita stres di tempat kerja akibat persaingan, kerap melampiaskan
dengan metode bekerja lebih keras yang kelewatan.
Ini tidaklah metode efisien yang apalagi tidak menciptakan apa-apa untuk
membongkar karena dari stres, malah akan menaikkan permasalahan lebih jauh.
Saat sebelum masuk ke cara-cara yang lebih khusus untuk menanggulangi stressor
tertentu, harus diperhitungkan sebagian pedoman umum untuk memacu perubahan
serta penanggulangan.
Uraian prinsip dasar, menjadi bagian berarti agar seorang sanggup
merancang pemecahan terhadap permasalahan yang timbul paling utama yang berkait
dengan pemicu stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan
tempat kerja, stres bisa mencuat pada sebagian tingkat, berjajar dari ketidakmampuan
bekerja dengan baik dalam peranan tertentu sebab kesalahpahaman atasan ataupun
bawahan.
Atau terlebih lagi dari karena tidak terdapatnya keterampilan (khususnya
ketrampilan manajemen) sampai hanya tidak menggemari seorang dengan siapa harus
bekerja secara dekat (Margiati, 1999: 76). Suprihanto dkk (2003: 63-64) berkata
bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen bisa jadi tidak takut bila
karyawannya hadapi stres yang ringan. Sebabnya sebab pada tingkat stres
lertentu akan membagikan akibat positif, sebab perihal ini akan menekan mereka
untuk melaksanakan tugas lebih baik.
Namun pada tingkat stres yang besar ataupun stres ringan yang
berkelanjutan akan membuat menyusutnya kinerja karyawan. Stres ringan bisa jadi
akan membagikan keuntungan untuk organisasi, namun dari sudut pandang individu
perihal tersebut bukan ialah perihal yang diinginkan. Hingga manajemen bisa
jadi akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stress ringan untuk
karyawan untuk membagikan dorongan untuk karyawan, tetapi sebaliknya itu akan
dialami sebagai tekanan oleh sang pekerja.
Pendekatan Pengelolaan Stres Kerja
Hingga dibutuhkan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua
pendekatan yaitu pendekatan individu serta pendekatan organisasi.
Pendekatan Individual
Seseorang karyawan bisa berupaya sendiri untuk mcngurangi tingkat
stresnya. Strategi yang bertabiat individual yang lumayan efisien yaitu;
pengelolaan waktu, latihan raga, latihan relaksasi, serta sokongan sosial.
Dengan pengelolaan waktu yang baik hingga seseorang karyawan bisa menuntaskan
tugas dengan baik, tanpa terdapatnya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.
Dengan latihan raga bisa tingkatkan keadaan badan agar lebih prima
sehingga sanggup mengalami tuntutan tugas yang berat. Tidak hanya itu untuk
kurangi sires yang dialami pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai.
Serta sebagai stratcgi terakhir untuk kurangi stres merupakan dengan
roengumpulkan teman, kolega, keluarga yang akan bisa membagikan sokongan serta
saran-saran untuk dirinya.
Pendekatan Organisasional
Sebagian pemicu stres merupakan tuntutan dari tugas serta kedudukan dan
struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga
faktor-faktor itu bisa diganti. Oleh sebab itu strategi-strategi yang bisa jadi
digunakan oleh manajemen untuk kurangi stres karyawannya merupakan lewat
seleksi serta penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan
keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, serta program kesejahteraan.
Lewat strategi tersebut akan menyebabkan karyawan mendapatkan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuannya serta mereka bekerja untuk tujuan yang mereka
mau dan terdapatnya hubungan interpersonal yang sehat dan perawatan terhadap
keadaan raga serta mental. Secara umum strategi manajemen stres kerja bisa
dikelompokkan mcnjadi strategi penindakan individual, organisasional serta
sokongan sosial (Margiati, 1999: 77-78):
1. Strategi Penindakan Individual
Yaitu strategi yang dibesarkan secara pribadi ataupun individual.
Strategi individual ini dapat dilakukan dengan sebagian metode, antara lain:
a. Melaksanakan perubahan respon perilaku ataupun perubahan respon
kogtiitif.
Artinya, bila seseorang karyawan merasa dirinya ada peningkatan
ketegangan, para karyawan tersebut sepatutnya time out terlebih dulu. Metode
time out ini dapat macam-macam, seperti rehat sejenak tetapi masih dalam
ruangan kerja, keluar ke ruang rehat (bila sediakan), berangkat sebentar ke
kamar kecil untuk membilas muka air dingin ataupun berwudlu untuk orang Islam,
serta sebagainya.
b. Melaksanakan reiaksasi serta meditasi.
Aktivitas relaksasi serta medilasi ini dapat dilakukan di rumah pada
malam hari ataupun hari-hari libur kerja. Dengan melaksanakan relaksasi, karyawan
bisa membangkitkan perasaan rileks serta aman. Dengan demikian karyawan yang
melaksanakan relaksasi diharapkan bisa mentransfer keahlian dalam membangkitkan
perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana mereka hadapi suasana stres.
Sebagian metode meditasi yang biasa dilakukan merupakan dengan menutup ataupun
memejamkan mata, menghilangkan benak yang mengusik, setelah itu lambat-laun
mengucapkan doa.
c. Melaksanakan diet serta fitnes. Sebagian metode yang dapat ditempuh
merupakan kurangi masukan ataupun konsumsi garam serta santapan memiliki lemak,
perbanyak konsumsi santapan yang bervitamin seperti buah-buahan serta
sayur-mayur, serta banyak melaksanakan berolahraga, seperti lari secara
teratur, tenis, bulu tangkis, serta sebagainya (Baron&Greenberg dalam
Margiati, 1999: 78).
2. Strategi-strategi Penindakan Organisasional.
Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan ataupun
mengendalikan penekan tingkat organisasional untuk menghindari ataupun kurangi stres
kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres lewat organisasi bisa dilakukan
dengan:
a. Menghasilkan hawa organisasional yang menunjang.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur
birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iktim impersonal. Ini
bisa bawa pada stres kerja yang serius. Suatu strategi pengaturan bisa jadi
membuat struktur tebih terdesentralisasi serta organik dengan pembuatan
keputusan partisipatif serta aliran komunikasi ke atas. Perubahan struktur
serta proses struktural bisa jadi menghasilkan Hawa yang lebih menunjang untuk
pekerja, membagikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka,
serta bisa jadi menghindari ataupun kurangi stres kerja mereka.
b. Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik
dengan tingkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawab,
pengakuan, serta peluang untuk pencapaian, kenaikan, serta perkembangan)
ataupun dengan tingkatkan karakteristik pekerjaan pusat seperti alterasi skill,
bukti diri tugas, Signifikansi tugas, otonomi, serta timbal balik bisa jadi
bawa pada statment motivasional ataupun pengalaman berani, tanggung jawab,
pengetahuan hasil-hasil.
c. Kurangi konflik serta mengklarifikasi kedudukan organisasional.
Konflik kedudukan serta ketidakjelasan diidentifikasi lebih dini sebagai
suatu penekan individual utama. Ini mengacu pada manajemen untuk kurangi
konflik serta mengklarifikasi kedudukan organisasional sehingga pemicu stress
ini bisa dihilangkan ataupun dikurangi. Tiap-tiap pekerjaan memiliki
ekspektansi yang jelas serta berarti ataupun suatu pengertian yang ambigu dari
apa yang ia kerjakan.
Suatu strategi klarifikasi kedudukan yang khusus membolehkan seorang
mengambil suatu peranan menciptakan suatu catatan ekspektansi dari masingmasing
pengirim kedudukan. Catatan ini setelah itu akan dibanding dengan ekspektansi
fokal seorang, serta banyak perbandingan akan secara terbuka didiskusikan untuk
mengklarifikasi ketidakjelasan serta negoisasikan untuk membongkar konflik.
d. Rencana serta pengembangan jalan karir serta sediakan konseling.
Secara tradisional, organisasi sudah hanya menampilkan lewat kepentingan
dalam perencanaan karir serta pengembangan pekerja mercka. Individu dibiarkan
untuk memutuskan gerakan serta slrategi karir sendiri.
3. Strategi Sokongan Sosial.
Untuk kurangi stres kerja, diperlukan sokongan sosial paling utama orang
yang terdekat, seperti keluarga, sahabat sekerja, pemimpin ataupun orang lain.
Agar diperoleh sokongan optimal, diperlukan komunikasi yang baik pada seluruh
pihak, sehingga sokongan sosial bisa diperoleh seperti dikatakan Landy (dalam
Margiati, 1999: 78) serta Goldberger&Breznitz (dalam Margiati, 1999:
78).
Karyawan bisa mengajak berdialog orang lain tentang permasalahan yang
dialami, ataupun setidaknya ada tempat mengadu atas keluh kesahnya (Minner
dalam Margiati, 1999: 78).
Ada 4 pendekatan terhadap stres kerja, yaitu sokongan social (social
support), meditasi (meditation), biofeedback, serta program kesehatan pribadi
(personal wellness programs). Pendekatan tersebut sesuai dengan pendapat Keith
Davis& John W. Newstrom, (dalam Mangkunegara, 2002: 157-158) yang
mengemukakan bahwa" Four approaches that of ten involve employee and management
cooperation for stres management are social support, meditation, biofeedback
and personal wellnes programs".
1. Pendekatan sokongan sosial.
Pendekatan ini dilakukan lewat kegiatan yang bertujuan membagikan
kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya: bennam permainan, serta bercanda.
2. Pendekatan lewat meditasi.
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan metode berkonsentrasi ke
alam benak, mengcndorkan kerja otot, serta menenangkan emosi meditasi ini bisa
dilakukan sepanjang dua periode waktu yang tiap-tiap 15-20 menit. Meditasi bias
dilakukan di ruangan spesial.
3. Pendekatan lewat biofeedback.
Pendekatan ini dilakukan lewat tutorial kedokteran. Lewat tutorial
dokter, psikiater, serta psikolog, sehingga diharapkan karyawan bisa
menghilangkan stress yang dialaminya.
4. Pendekatan kesehatan pribadi.
Pendekatan ini ialah pendekatan preventif saat sebelum terbentuknya stres.
Dalam perihal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu mengecek
kesehatan, melaksanakan relaksasi otot, pengaturan gizi, serta berolahraga
secara tertib.
Mengetahui pemicu stres serta wujud reaksinya, hingga ada 3 pola dalam
menanggulangi stres, yaitu pola sehat, pola harmonis, serta pola psikologis
(Mangkunegara, 2002: 158-159):
Pola sehat
Pola sehat merupakan pola mengalami stres yang terbaik yaitu dengan
keahlian mengelola perilaku serta aksi sehingga terdapatnya stres tidak
memunculkan kendala, akan namun menjadi lebih sehat serta tumbuh. Mereka yang
terkategori kelompok ini umumnya sanggup mengelola waktu serta banyak aktivitas
dengan metode yang baik serta tertib sehingga dia tidak perlu merasa ada suatu
yang memencet, walaupun sebenamya tantangan serta tekanan lumayan banyak.
Pola harmonis
Pola harmonis merupakan pola mengalami stres dengan keahlian mengelola
waktu serta aktivitas secara harmonis serta tidak memunculkan bermacam
hambatan. Dengan pola ini, individu sanggup mengatur bermacam banyak aktivitas
serta tantangan dengan metode mengendalikan waktu secara tertib.
Individu tersebut senantiasa mengalami tugas secara tepat, serta jika
perlu dia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan
membagikan keyakinan penuh. Dengan demikian, akan terjalin keharmonisan serta
penyeimbang antara tekanan yang diterima dengan respon yang diberikan. Demikian
pula terhadap keharmonisan antara dirinya serta area.
Pola patologis.
Pola patologis merupakan pola mengalami stres dengan berakibat bermacam
kendala raga ataupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan mengalami
bermacam tantangan dengan cara-cara yang tidak mempunyai keahlian serta
keteraturan mengelola tugas serta waktu. Metode ini bisa memunculkan
reaksireaksi yang beresiko sebab dapat memunculkan bermacam masalah-masalah yang
kurang baik.
Untuk mengalami stres dengan metode sehat ataupun harmonis, pasti banyak
perihal yang bisa dikaji. Dalam mengalami stres, bisa dilakukan dengan 3
strategi yailu,
(a) memperkecil serta mengatur sumber-sumber stres,
(b) menetralkan akibat yang ditimbulkan oleh stres, serta
(c) tingkatkan daya tahan pribadi. Dalam strategi awal, perlu dilakukan
penilaian terhadap suasana sumbersumber stres, meningkatkan alternatif aksi,
mengambil aksi yang ditatap sangat tepat, mengambil aksi yang lebih positif.
Strategi kedua, dilakukan dengan mengatur bermacam respon baik
jasmaniah, emosional, ataupun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri. Dalam
membentuk mekanisme pertahanan diri bisa dilakukan dengan bermacam metode.
Misalnya menangis, menggambarkan permasalahan kepada orang lain, humor
(melucu), rehat serta sebagainya.
Sebaliknya dalam mengalami respon emosional, merupakan dengan mengatur emosi secara sadar, serta mcndapatkan sokongan sosial dari area. Strategi ketiga, dilakukan dengan menguatkan diri sendiri, yaitu dengan lebih menguasai diri, menguasai orang lain, meningkatkan ketrampilan pribadi, olahraga secara tertib, beribadah, pola-pola kerja yang teralur serta disiplin, meningkatkan tujuan serta nilai-nilai yang lebih realistik.