Strategi Repositioning Untuk Membentuk Citra Merek
Pengertian Repositioning
Menurut Lamb, Hair, McDaniel (2003:205), repositioning merupakan merubah anggapan konsumen kedekatan brand menjadi kompetisi brand. Terkadang perusahaan melaksanakan repositioning untuk menyangga perkembangan permintaan pada saat pasar sedang melemah ataupun untuk mengoreksi kesalahan positioning.
Pergantian demografi, menyusutnya penjualan ataupun
pergantian pada area sosial kerapkali memotivasi perusahaan untuk mereposisi
penetapan brand. Sasaran utama dari strategi reposisi suatu produk merupakan
membentuk citra merk tertentu di benak konsumen.
Dari statment ini bisa dikatakan bahwa image serta repositioning memiliki hubungan yang erat dalam mengambil keputusan pembelian, konsumen dipengaruhi oleh citra badan usaha yang bersangkutan sebaliknya posisi produk yang ada di benak konsumen bisa membentuk suatu citra yang spesial di benak konsumen. Memposisikan produk tidak hanya hanya konsumen mengenali keberadaan produk tetapi pula bisa membagikan kepuasan yang berarti untuk konsumen.
Reposisi suatu produk (repositioning) yang dilakukan oleh badan
usaha terhadap produknya bertujuan untuk menempatkan suatu posisi yang unik di
benak konsumen, sehingga konsumen diharapkan akan mempunyai suatu kesan
tertentu terhadap merk tertentu. Kesan ini merupakan brand image.
Demikian pula kebalikannya, brand image yang terbentuk pada
suatu merk dibangun, serta dipengaruhi usaha-usaha repositioning yang dilakukan
oleh badan usaha. Hasil yang didapat dari kesuksesan strategi reposisi suatu
produk (repositioning strategy) merupakan berbentuk suatu citra merk yang
berbeda serta tertanam di dalam benak konsumen serta dipercaya oleh konsumen di
dalam melaksanakan kegiatan pemilihan produk.
Keberhasilan strategi reposisi suatu produk (repositioning
strategy) yang dijalankan badan usaha terhadap produknya merupakan dengan
terjadinya brand image yang unik serta tertanam kokoh di benak konsumen, pasti
akan mempengaruhi dalam kegiatan pemilihan produk. Secara psikologis konsumen
akan cenderung untuk mengadopsi suatu jenis produk yang memiliki citra merk
yang kokoh, serta unik sebab menawarkan suatu yang lain dengan yang ditawarkan
pesaing.
Dampak Repositioning Produk
Reposisi suatu produk (repositioning) yang ada di dalam
benak konsumen bisa membentuk image di benak konsumen, sehingga dalam
melaksanakan kegiatan pemilihan produk, konsumen dipengaruhi oleh image dari
merk yang tertanam di benak konsumen semacam tersebut di atas.
Badan usaha melaksanakan repositioning terhadap produknya
dengan positioning tersebut bisa menghasilkan suatu image, dengan repositioning
yang tepat serta sesuai dengan manfaat dari atribut yang diberikan oleh produk
serta jasa yang ditawarkan hingga antara harapan serta kemauan konsumen bisa dipadati,
sehingga konsumen akan mengingat merk dari produk tersebut.
Badan usaha berupaya membentuk image yang positif tentang produknya pada benak konsumennya. Merk akan sangat berfungsi berarti agar konsumen bisa mengingat produk badan usaha dengan produk badan usaha yang lain untuk itu dengan menanamkan image yang positif pada benak konsumen, konsumen akan lebih gampang untuk tertarik membeli produk badan usaha itu.
Dengan terdapatnya repositioning yang baik, hingga badan
usaha memiliki posisi persaingan yang menarik serta akan didukung oleh asosiasi
yang kokoh pula. Pada suasana persaingan yang terus menjadi ketat perbandingan
image suatu produk dapat menjadi lebih lingkungan serta pasar menjadi lebih
ramai sehingga konsumen menjadi lebih mempercayai citra merk suatu produk serta
pada atribut aktual suatu produk dalam keputusan pembeliannya.
Asosiasi yang berbeda bisa menjadi kunci persaingan yang menguntungkan, sebab bila suatu merk memiliki posisi yang lebih baik, hingga konsumen cenderung memilihnya dalam keputusan pembeliannya, sehingga menjadi rintangan berat untuk pesaingnya.
Alasan perlunya Repositioning
Menurut Kertajaya (2004: 96–105), Ada sebagian alasan mengapa perusahaan perlu melaksanakan repositioning:
1. Respon atas posisi baru pesaing
Rasanya tentu tidak nikmat bila merk Anda terus diserbu oleh
pesaing. Jika Anda senantiasa berdiam diri terhadap pergerakan pesaing, anda
bisa jadi akan dikesankan tidak sanggup ataupun kalah bersaing. Repositioning
dilakukan saat positioning Anda menjadi tidak unik serta tidak menampilkan “mengapa“
harus memilah merk Anda dibandingkan pesaing.
2. Mencapai pasar baru
Suatu merk kerapkali sudah mempunyai pasar yang bagus, namun pasar yang bagus tersebut malah kerap memancing masuknya pesaing– pesaing baru yang ramai– ramai melanda pemain yang telah ada. Ataupun dapat saja suatu merk merasa pasar yang sepanjang ini dilayani telah susah tumbuh, untuk itu perlu dipikirkan untuk menyasar segmen baru.
Bila mau menyasar segmen baru, apakah senantiasa harus memakai repositioning? Pertimbangannya simpel, tiap segmen pasti mempunyai karakteristik yang berbeda, bila Anda senantiasa memakai positioning lama untuk menyasar segmen baru, apakah sesuai? Bisa dikatakan tidak. Untuk itu, apabila bertekad masuk ke pasar baru, lakukanlah repositioning.
3. Menangkap tren baru
Pasar tidak ada yang statis, senantiasa ada trend– trend baru yang timbul. Pertumbuhan ini pasti merubah preferensi serta sikap konsumen. Perihal ini pasti saja kerap mendesak kita memikirkan kembali positioning merk kita saat ini.
Analisa dengan baik apakah tren tersebut bertahan lama serta yang sangat berarti merupakan apakah trend tersebut akan merubah sikap konsumen terhadap keputusan pembeliannya. Bila ya, hingga Anda harus melaksanakan repositioning.
4. Mengganti value offering
Repositioning dapat dilakukan apabila suatu merk berupaya menawarkan value yang berbeda. Value disini menampilkan perbandingan antara apa yang didapatkan konsumen (total get) dengan apa yang diberikan (total give).
Dengan pergantian value yang ditawarkan ke konsumen, pasti suatu merk ingin
tidak ingin harus melaksanakan repositioning, sebab yang ditawarkan telah
berbeda. Jika masih senantiasa mempertahankan positioning yang lama, hingga
tidak mendukung pergantian value yang ditawarkan ke konsumen.